Omset Besar Tapi Kok Profit Kecil?
Banyak pelaku usaha—terutama di dunia kuliner—mengira bahwa omset besar otomatis berarti bisnis mereka sehat dan menguntungkan. Tapi kenyataannya, tidak sedikit yang terkejut saat menyadari bahwa meski uang masuk banyak, profit atau laba bersih mereka ternyata sangat kecil. Bahkan ada yang sampai merugi. Lho, kok bisa?
Tidak Tahu Bedanya Omset dan Profit
Pertama-tama, penting untuk memahami perbedaan antara omset dan profit.
- Omset adalah total pendapatan dari penjualan sebelum dikurangi biaya apapun.
- Profit adalah sisa dari omset setelah dikurangi semua biaya, seperti bahan baku, gaji, listrik, sewa tempat, pajak, hingga biaya operasional kecil lainnya.
Contoh:
Kamu jualan minuman kekinian dan dalam sebulan menghasilkan Rp50 juta. Tapi setelah dihitung-hitung, ternyata biaya bahan baku, gaji karyawan, sewa booth, dan biaya lainnya mencapai Rp47 juta. Artinya profit kamu cuma Rp3 juta. Itu pun belum termasuk kalau ada utang atau investasi yang belum balik modal.
Biaya Operasional Diam-Diam Menggerogoti
Seringkali, bisnis fokus pada penjualan, tapi lupa mencatat dan mengontrol pengeluaran harian yang terlihat kecil, padahal efeknya besar dalam jangka panjang.
Beberapa contoh biaya ‘tak terlihat’:
- Komisi aplikasi ojek online atau marketplace
- Pemborosan bahan baku
- Diskon terlalu sering atau tidak dihitung margin dengan tepat
- Pembelian alat yang tidak terlalu dibutuhkan
Harga Jual Tidak Sesuai dengan Struktur Biaya
Banyak UMKM kuliner menetapkan harga jual berdasarkan “harga pasar” atau ikut-ikutan kompetitor. Padahal seharusnya, harga jual ditentukan dari:
- Biaya produksi per unit
- Target margin keuntungan
- Segmen pasar yang dibidik
Jika kamu tidak menghitung harga pokok produksi (HPP) dengan benar, bisa jadi kamu menjual murah tapi sebenarnya rugi tiap kali produk terjual.
Manajemen Keuangan yang Tidak Tertata
Omset besar sering kali membuat pemilik usaha terlena. Semua uang dicampur jadi satu, antara uang pribadi, modal, dan hasil penjualan.
Tanpa pencatatan yang rapi:
- Kamu tidak tahu produk mana yang paling menguntungkan
- Sulit mengontrol pengeluaran
- Tidak bisa menentukan strategi bisnis jangka panjang
Tidak Investasi ke Aset Produktif
Banyak pelaku usaha kuliner terlalu fokus pada penjualan jangka pendek, tapi lupa investasi ke hal-hal yang bisa memperbaiki efisiensi dan branding. Misalnya:
- Website profesional atau landing page untuk memperluas jangkauan
- Sistem pencatatan stok dan keuangan
- Pelatihan karyawan
Semua itu mungkin tidak langsung terasa dampaknya, tapi akan sangat berpengaruh ke profitabilitas dalam jangka panjang.
Jadi, Apa Solusinya?
- Mulai catat semua pengeluaran dan pemasukan secara rinci.
Gunakan aplikasi sederhana atau spreadsheet untuk memantau arus kas harian. - Hitung ulang struktur harga produk.
Pastikan kamu tahu betul HPP dan target margin. - Pisahkan uang pribadi dan uang usaha.
Ini langkah awal menuju manajemen keuangan yang sehat. - Evaluasi biaya operasional dan efisiensi.
Apakah semua pengeluaran benar-benar perlu? - Manfaatkan teknologi untuk membantu operasional.
Misalnya, gunakan website atau landing page seperti di Pasarkuliner.com untuk mempermudah branding dan pemasaran usaha kamu.
Kesimpulan
Omset besar bukan jaminan profit besar.
Tanpa manajemen keuangan dan struktur biaya yang sehat, bisnis bisa jalan di tempat atau bahkan merugi meski terlihat ramai. Dapatkan template perhitungan HPP untuk produk kuliner di pasarkuliner.com. Hubungi admin untuk mendapatkan template tersebut
Jadi, yuk mulai lebih bijak dalam mengelola bisnis. Karena yang kamu kejar bukan sekadar ramai pembeli, tapi juga untung yang konsisten dan berkelanjutan.